SINOPSIS
Cerpen “Robohnya Surau Kami” ini bercerita tentang seorang kakek yang hidupnya dihabiskan sebagai seorang penjaga surau (Garin).
Namun, karena suatu peristiwa, kakek penjaga surau itu meninggal bunuh
diri dengan sangat mengenaskan. Penyebab tertekannya kondisi psikologis
dari kakek penjaga surau itu sehingga nekat bunuh diri hanyalah sebuah
cerita dari Ajo Sidi yang sedikit banyak sangat menyentuh kakek
tersebut.
Pada awalnya, surau yang dijaga oleh kakek adalah sebuah surau yang
sangat teduh dan nyaman untuk bersembahyang. Keadaan begitu terbalik
saat kakek penjaga surau itu telah meninggal dunia. Surau tersebut
menjadi sebuah surau tua yang tidak lagi terawat dan sangat usang. Surau
itu berubah menjadi tempat bermain anak-anak, dan yang lebih parah,
bilik serta lantai kayu surau itu dijadikan sebagai persediaan kayu
bakar bagi penduduk sekitar. Hal tidak mengenakkan ini berawal dari
cerita Ajo Sidi tentang seorang yang di dunia taat beragama, yaitu Haji
Saleh.
Dalam cerita Ajo Sidi, Haji Saleh adalah seorang yang taat
menjalankan agama. Pada saat meninggal dunia, Haji Saleh serta
orang-orang lainnya sedang menunggu giliran di akhirat untuk menerima
penghakiman Tuhan untuk dimasukkan ke neraka atau ke surga. Saat
gilirannya tiba, Haji Saleh tanpa rasa takut menjawab pertanyaan Tuhan
tentang apa saja yang dilakukannya di dunia pada masa hidupnya. Haji
Saleh dengan percaya diri berkata bahwa pada saat ia hidup di dunia,
yang dilakukannya adalah memuji dan menyembah Tuhan, serta menjalankan
ajaran agama dengan taat. Namun, Tuhan tidak memasukkan Haji Saleh ke
surga, melainkan ke neraka. Di neraka, Haji Saleh bertemu juga dengan
teman-temannya di dunia yang ibadahnya juga tidak kurang dari dirinya,
bahkan ada juga orang yang sampai bergelar syekh. Akhirnya, karena tidak
terima dengan keputusan Tuhan, orang-orang di neraka yang menganggap
dirinya tidak pantas dimasukkan ke neraka itu melakukan aksi unjuk rasa
kepada Tuhan. Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan pembicara bagi
mereka. Sekali lagi, Tuhan menanyakan kepada mereka apa yang telah
mereka lakukan di dunia. Mereka menjawab bahwa mereka semua adalah warga
negara Indonesia yang taat beragama dan negaranya sangat kaya akan
sumber daya alam, namun hasilnya sering di ambil oleh pihak asing. Lalu
Tuhan menjawab kepada mereka, bahwa mereka semua hanya mementingkan diri
mereka sendiri, karena selama hidup mereka hanya berdoa dan
menyembah-Nya, tetapi tidak mempedulikan keadaan sekitar, sehingga
banyak kekayaan negara mereka sendiri yang diambil oleh pihak asing,
sedangkan anak cucu mereka sendiri hidupnya kekurangan.
Dari cerita Ajo Sidi itu, mungkin kakek penjaga surau itu merasa
tersinggung dan terpukul. Karena selama hidupnya, kakek itu hanya
menyembah dan memuji Tuhan, sampai-sampai tidak memiliki istri serta
anak cucu. Kakek itu kemudian merasa marah dan tertekan lalu akhirnya
memutuskan untuk bunuh diri.
2. Kajian Unsur-Unsur Intrinsik
Sebenarnya dari sinopsis di atas kita telah dapat menangkap secara
jelas tema cerita dari “Robohnya Surau Kami” ini. Tema dari cerita ini
adalah hidup yang dikehendaki Tuhan. Hidup yang dikehendaki Tuhan bukan
saja hidup dengan menyembah dan memuji nama-Nya terus menerus dan
menjalankan perintah agama dengan baik, melainkan juga hidup yang peka
dengan keadaan sekitar. Karena beribadah saja tidaklah cukup. Beribadah
harus dibarengi dengan kerja keras dan peduli akan keadaan sekitar
khususnya anak cucu, keluarga, serta semua orang di sekitar kita.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa menyembah dan memuji Tuhan
serta nemnjalankan ajaran agama dengan taat bukanlah hal yang salah.
Namun, terkadang manusia menjalankan ibadah dengan baik hanya supaya
dirinya dapat masuk ke surga pada saat ia meninggal dunia. Hal tersebut
sebenarnya adalah pemikiran yang sangat egois, dan dalam cerita
“Robohnya Surau Kami” ini, Tuhan tidak suka akan manusia yang hidupnya
hanya mementingkan diri sendiri. “Imbangilah ibadahmu yang baik dengan
kerja keras untuk menyejahterakan hidupmu serta hidup keluarga, saudara,
dan semua orang disekitarmu”, mungkin itulah pesan yang ingin
disampaiakan oleh penulis melalui cerpen “Robohnya Surau Kami” ini.
Cerpen karya A.A. Navis ini bersetting tempat di sebuah desa kecil,
dimana dalam desa tersebut terdapat sebuah surau yang awalnya sangat
teduh dan nyaman untuk beribadah, namun kini menjadi sangat usang karena
telah ditinggalkan oleh sang penjaga surau. Keusangan surau itu
melambangkan kemasabodohan manusia yang tidak mau lagi memelihara apa
yang tidak dijaga lagi.
UNDUH BUKU : FILE PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar