SINOPSIS
Cerita dari Jakarta oleh penulisnya diberi judul tambahan “Sekumpulan
Karikatur Keadaan dan Manusianya”. Kisah-kisah ini terkumpul antara
1948–1956, suatu kurun waktu yang cukup dipadati pengalaman suram –
malah sebaliknya banyak sekali muncul keadaan yang jauh dari segala
harapan indah setelah berevolusi menegakkan kemerdekaan.Cerita dari
Jakarta menjadilah sebuah kritik-sosial yang mengambil bentuk
karikatural dalam oeuvre literer Pramoedya menggambarkan keadaan maupun
manusia-manusianya. Kita bisa mengikuti di sini kisah tentang pejuang
yang menjadi gelandangan, menjadi penganggur di negeri merdeka yang ikut
dia tegakkan; lahirnya kelas priyayi baru yang tetap mendambakan
kemewahan tanpa kerja seperti di masa lalu. “Tritunggal”: makan, duwit
dan perempuan, dan moralitas jadi bumbu yang meramu kisah-kisah
mengasyikkan ini.
Pramoedya bisa bercerita kisah-kisah menarik ini bukan saja karena dia tahu dan kenal Jakarta, tetapi dia sendiri mengalami langsung kehidupan di Jakarta. Cerita dari Jakarta menggambarkan suasana tahun 1950-an sesuatu yang berbeda dari imajinasi penduduk di pelosok bahwa uang dengan mudah didapat di kota-kota besar macam Jakarta. Kenyataannya memang demikian bagi yang beruntung uang receh atau uang gede mudah didapatkan dengan bekerja diperusahaan besar atau menjadi pegawai negeri tentu kalau punya tampang dan ijasah cukup, bagi yang kurang beruntung tidak memiliki pekerjaan yang baik, pekerjaan kantoran, maka yang tersedia adalah kerja badan: itupun bagi yang mau bermandi keringat dan berusaha akan tetapi yang lain lagi pekerjaan kasar pun sulit didapat karena ketatnya persaingan maka untuk sekadar makan sederhana bahkan sepotong singkong atau ubi yang mudah didapat di desa ibu kota Jakarta bisa berubah jadi neraka kehidupan. Panas udaranya panas temperamen manusianya dan panas-panasan pekerjaan yang mudah tersedia bagi orang dari pelosok, tukang parkir dan kuli angkut barang.
Pramoedya bisa bercerita kisah-kisah menarik ini bukan saja karena dia tahu dan kenal Jakarta, tetapi dia sendiri mengalami langsung kehidupan di Jakarta. Cerita dari Jakarta menggambarkan suasana tahun 1950-an sesuatu yang berbeda dari imajinasi penduduk di pelosok bahwa uang dengan mudah didapat di kota-kota besar macam Jakarta. Kenyataannya memang demikian bagi yang beruntung uang receh atau uang gede mudah didapatkan dengan bekerja diperusahaan besar atau menjadi pegawai negeri tentu kalau punya tampang dan ijasah cukup, bagi yang kurang beruntung tidak memiliki pekerjaan yang baik, pekerjaan kantoran, maka yang tersedia adalah kerja badan: itupun bagi yang mau bermandi keringat dan berusaha akan tetapi yang lain lagi pekerjaan kasar pun sulit didapat karena ketatnya persaingan maka untuk sekadar makan sederhana bahkan sepotong singkong atau ubi yang mudah didapat di desa ibu kota Jakarta bisa berubah jadi neraka kehidupan. Panas udaranya panas temperamen manusianya dan panas-panasan pekerjaan yang mudah tersedia bagi orang dari pelosok, tukang parkir dan kuli angkut barang.
UNDUH BUKU : FILE PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar